Sejarah musik barat dari masa ke masa

Daftar Isi

Boleh dikatakan, usia musik hampir sama dengan usia keberadaan manusia. Hal ini dapat dianalogikan dengan bayi yang baru lahir pun dapat menikmati musik. Tentu musik pada awal keberadaan manusia, jauh berbeda tingkat kecanggihannya dengan musik masa kini. Meskipun demikian, sesederhana apa pun, pada prinsipnya musik itu sama, yakni hal-hal yang berhubungan dengan melodi, ritme, dan harmoni. Namun, keberadaan musik purba yang tidak dapat dilacak bekasnya juga tidak gampang dijadikan sebagai bahan penulisan sejarah karena penulisan sejarah memerlukan bukti-bukti historis yang meyakinkan secara ilmiah.
Menyadari hal itu, para sejarawan musik cenderung memulai karyanya dengan menyajikan fakta-fakta sejarah yang memiliki data-data yang cukup. Dalam hal ini, menurut Dieter Mack dan Roderick J Mcneil (2002) sejarah musik barat dapat disajikan dengan periodisasi sebagai berikut.

1.   Musik zaman Yunani Kuno (mulai tahun 1100 SM)

Meskipun dalam sejarah Yunani takluk kepada Kekaisaran Roma, tetapi kekuatan kebudayaannya masih tetap eksis. Hal ini terbukti dari tetap digunakannya Bahasa Yunani sebagai bahasa pengantar di wilayah Laut Tengah sampai abad ke-2. Para filosof, teolog, sastrawan, arsitek, dan pemusik sering menoleh ke masa Yunani kuno untuk mencari inspirasi bagi karya-karyanya. MasaMasa keemasan kebudayaan Yunani Kuno terjadi pada tahun 546 – 323 SM. Pada waktu itu filsafat, kesusastraan, seni patung, arsitektur, drama, sains, dan musik berkembang sangat pesat.
Menurut mitos Yunani Kuno, musik dianggap sebagai ciptaan dewa-dewi atau setengah dewa, seperti Apollo, Amphion, dan Orpheus. Mereka menganggap bahwa musik memiliki kekuasaan ajaib yang dapat menyempurnakan tubuh dan jiwa manusia serta membut mukjizat dalam dunia alamiah. Oleh karena itu, musik tidak dapat dipisahkan dari upacara-upacara keagamaan.
Musik lyra (alat musik petik sejenis harpa kecil) dan kithara (alat musik petik berdawai lima sampai tujuh) terkait erat dengan keberadaan aliran agama Apollo. Sedangkan aulos (sejenis alat musik tiup terbuat dari kayu yang terdiri dari dua batang yang memiliki lubang jari) berkaitan dengan aliran Dionysus. Lyra dan kithara biasa digunakan untuk mengiringi puisi epik (sejenis Illiad, ciptaan Homer dari abad ke-8 SM) dan juga sebagai alat musik solo. Aulos biasa dipakai untuk mengiringi sajian dithyramb (suatau jenis puisi yang khusus diperdengarkan dalam ibadah Dionysus). Aulos juga dipakai untuk mengiringi sekelompok paduan suara dan musik bagian-bagian lain yang dibutuhkan dalam drama-drama agung ciptaan Sophocles dan Euripides. Bukti-bukti keberadaan alat musik lyra dan aulos dalam kebudayaan Yunani Kuno dapat dilihat dari ditemukannya gambar-gambar alat musik itu dalam periuk-periuk keramik kuno yang masih dipertahankan hingga masa kini.
Lyra dan aulos juga dimainkan secara solo dalam acara-acara pekan olahraga. Ada catatan tentang permainan aulos oleh Sakadas pada Pekan Olahraga di Pythia pada tahun 596 SM. Ia memainkan sebuah lagu yang menceritakan pertempuran antara Apollo dengan nada. Lagu ini merupakan deskripsi musik pertama yang terdapat dalam sejarah musik. Selanjutnya, perlombaan permainan aulos dan kithara dalam pekan musik instrumental dan vokal menjadi semakin populer setelah abad ke-5 SM. Hal ini menyebabkan lahirnya virtuoso-virtuoso (orang yang luar biasa mahir dalam memainkan alat musik dan membawakan lagu). Penggarapan musik dan lagu pun otomatis semakin kompleks dan rumit. Dalam kaitannya dengan pendidikan musik, kompleksitas dan kerumitan yang menjadi kecenderungan para virtuoso ini kemudian dikritik oleh filosof kenamaan, yaitu Aristoteles (sekitar abad ke-4 SM).
Setelah kejayaan masa Yunani Kuno, mulailah muncul reaksi terhadap kompleksitas teknik dalam musik, baik secara teoritis maupun secara praktis. Reaksi penyederhanaan atas kompleksitas musik Yunani Kuno dilakukan sejak awal zaman Kristen.
Contoh-contoh notasi musik zaman Yunani Kuno memang tidak banyak. Namun ada yang masih hingga masa kini, yaitu:
  1. Dua lagu pujian kepada Apollo (sekitar tahun 150 SM),
  2. Sebuah lagu untuk acara minum (sekitar tahun 150 SM), dan
  3. Tiga lagu dari Mesomede, Kreta, (sekitar abad ke-2 M).
Dari lagu-lagu yang ditemukan dapat diketahui bahwa musik Yunani Kuno umumnya memiliki sifat:
  1. Monofonis (satu suara) dengan heterofoni pada waktu alat-alat musik mengikuti suara.
  2. Sudah dipraktikkannya improvisasi, namun diatur melalui konvensi-konvensi bentuk dan gaya dengan pola melodi yang mendasar.
  3. Musik dan teks berhubungan sangat erat serta melodi dan irama, teks dalam hal ini puisi, sangat menentukan cara penyusunannya dalam musik.
Meskipun demikian, dalam hal teori musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan monumental. Bahkan, teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi acuan hingga masa kini. Ukuran interval-interval musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang dibuat oleh Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan hingga kini. Rumusan ide Harmoni dari Alam Semesta (Music of the Spheres)-nya juga menjadi ide yang sangat populer di kalangan ahli teori musik dari Abad Pertengahan.
Ide-ide teori musik Yunani Kuno yang lahir dari para filosof di antaranya:
  1. Harmonics (risalah teori musik tertua) yang menguraikan tetrakord (kumpulan empat nada berjarak satu kwart) karya Aristoxenus (tahun 330 SM) teori ini kemudian disederhanakan oleh Ptolomeus, ahli matematika abad ke-2 M.
  2. Ethos, teori tentang efek musik terhadap moral, karya Plato (tahun 427-347 SM) dan Aristoteles (tahun 384-322 SM). Dalam teori ini mereka menyatakan bahwa musik dapat berpengaruh terhadap emosi pendengarnya. Musik yang baik akan berpengaruh baik terhadap moral pendengarnya, musik yang buruk juga akan berpengaruh buruk kepada pendengarnya.
Dalam periode Yunani Kuno muncul dua aliran musik, yaitu musik untuk ibadah Dionysius musik untuk persembahan dewa Apollo Musik aliran Dionysian berkecenderungan membangkitkan semangat, kegemaran, dan sfat-sifat lain yang kurang baik. Sedangkan musik Apollonian berkecenderungan menimbulkan ketenangan dan dorongan spiritual. Berdasarkan kecenderungan ini musik aliran Klasik disebut Apollonian dan aliran Romantik disebut Dionysian.
Meskipun demikian, dalam hal teori musik, zaman Yunani Kuno menghasilkan karya-karya yang cukup banyak dan monumental. Bahkan, teori musik yang lahir pada zaman itu masih berpengaruh dan menjadi acuan hingga masa kini. Ukuran interval-interval musik, termasuk pembagian oktaf ke dalam delapan nada yang dibuat oleh Pythagoras pada abad ke-6 SM masih digunakan hingga kini. Rumusan ide Harmoni dari Alam Semesta (Music of the Spheres)-nya- juga menjadi ide yang sangat populer di kalangan ahli teori musik dari Abad Pertengahan.
Tokoh-tokoh seni musik yang dikenal pada zaman Yunani Kuno adalah Plato (427 247 SM), Aristoteles (384-322 SM), Aristexemos (350 – 300 SM).

2.  Musik zaman Romawi (mulai tahun 753 SM)

Kekuasan kekaisaran Roma sangat luas dan kuat sehingga stabilitasnya mampu membantu perkembangan kesenian. Alat-alat musik yang diciptakan dan dikembangkan oleh pemusik Roma pun semakin banyak dan bervariasi. Alat-alat musik yang lahir pada masa Romawi di antaranya:
  1. Beberapa jenis musik tiup dari logam seperti trompet dan horn.
  2. Sejenis organ hidrolis dengan papan tuts yang memanfaatkan tekanan air sebagai peniupnya.
Alat-alat musik ini dipakai dalam teater-teater terbuka untuk mengiringi pertarungan para gladiator. Popularitas musik pada zaman Romawi Kuno ini semakin meningkat karena Kaisar Nero pun dikenal sebagai pemusik andal.
 

3.   Musik abad pertengahan (500-1350 M)

Abad pertengahan diawali dengan runtuhnya kekaisaran Romawi. Pada awalnya musik abad pertengahan masih bersifat monofonik. Monofonik berasal dari kata Yunani monos, berarti tunggal, dan phooneoo berarti berbunyi. Monofonik berarti jenis musik yang hanya terdiri dari satu suara saja tanpa iringan apa pun.
Seni musik abad pertengahan juga didonminasi oleh musik gereja yang bersumber pada seni musik Yahudi dalam hal ini adalah madah (nyanyian yang bersumber dari ayat-ayat suci). Seni musik pada masa ini didominasi oleh musik gereja. Pada masa ini seni musik monofonik mencapai puncak kesempurnaan artistik, terutama pada masa Paus Gregorius Agung (540-604). Oleh sebab itu, musik pada Abad Pertengahan juga disebut musik Gregorian.
Pada masa ini teori musik juga berkembang. Guido de Arezzo, teoritikus musik asal Itali pada tahun 1050 menciptakan metode menghafal nada. Ia berpangkal pada tangga nada hexachord, yaitu deretan 6 nada dengan interval ½ di tengah.
Pada abad pertengahan juga mulai dibedakan antara birama dan irama. Birama adalah sistem tekanan yang tetap, sedangkan irama adalah sistem gerak melodis yang penuh kehidupan, dinamika, dan variasi. Bentuk-bentuk nyanyian pada masa ini, terutama nyanyian-nyanyian untuk gereja umumnya bersifat resitatif.
Atas jasa para penyanyi keliling troubadour (Prancis = menemukan), trouvere (Prancis = menemukan/mengarang syair dan melodi), dan minesanger (Jerman = penyanyi lagu asmara) musik profan (keduniawian) mulailah berkembang lagu-lagu kepahlawanan, percintaan, dan lagu-lagu untuk menyemarakkan pesta. Selain menyanyikan lagu, mereka juga menciptakan komposisi, dan menampilkan karyanya dengan diiringi pertunjukan akrobatik. Namun dalam tradisi ini pun musik masih bersifat monofonik.
Jenis-jenis dan bentuk lagu pada masa itu di antaranya.
  1. Litani = Lagu cerita pahlawan dalam ayat-ayat panjang.
  2. Kanzone = Himme tipe ab ab cd (ab pertanyaan, cd jawaban).
  3. Rondo = Nyanyian berbait dengan refren.
Pada abad pertengahan ini juga mulai diperkenalkan sistem notasi musik mensural, yakni notasi nada yang memperhitungkan panjang nada sesuai dengan proporsi. Notasi mensural inilah yang kemudian menjadi dasar notasi balok seperti yang kita kenal sekarang. Notasi mensural dipakai sampai tahun 1600 dan kemudian diganti dengan notasi modern (not balok) dengan garis birama.
Seiring dengan perkembangan musik polifoni berkembang pula jenis jenis penyajian musik. Terdapat penyajian musik secara kolosal, yaitu:
  1. Discantus : Penyajian lagu dengan 1 sampai 3 suara dengan iringan instrumen.
  2. Motet : Nyanyian bersama-sama yang menyajikan berbagai macam naskah.
  3. Kanon : Hampir sama dengan motet, tetapi terdapat dua kelompok yang berlainan saat menyanyikan.
  4. Medrial : Penyajian nyanyian secara bersama-sama dengan 4 sampai 5 macam suara yang sekarang dikenal dengan paduan suara.
  5. Balatta : Penyajian nyanyian dengan 2 atau 3 suara dengan berbagai variasi.

4.   Musik Zaman Renaisans (1350-1600 M)

Kata renaisans berasal dari Bahasa Prancis renaissance yang berarti “lahir baru menemukan kembali jati diri manusia. Artinya, manusia dengan akal budi dan dan aspirasi, cipta, karya, karsanya berhak untuk menentukan hal-hal yang berkaitan dengan individunya. Inilah awal aliran humanisme. Sebelum zaman renaisans, teologi terlalu mendapat perhatian yang dominan sehingga segala hal berkaitan dengan akal budi manusia harus dikembalikan kepada ketuhanan. Sebagai sebuah sejarah, zaman renaisans merupakan masa peralihan dari abad pertengahan ke abad modern di Eropa yang ditandai oleh perhatian kembali kepada karya seni klasik. Berkembangnya seni baru, dan tumbuhnya ilmu pengetahuan modern.
Tahap awal perkembangan gerakan renaisans dalam kesenian dan kesusastraan tera Italia, kemudian menyebar ke Eropa Utara. Di Italia muncul tokoh-tokoh seni dan sastra lain Botticelli, Leonardo da Vinci, Raphael, Michelangelo, Cellini, Ariosto, dan Machiavelli.
Peristiwa-peristiwa bersejarah selama masa renaisans di antaranya:
  1. Penemuan percetakan sekitar tahun 1450 oleh Johann Gutenberg yang mengakibatkan suatu revolusi dalam penyebaran informasi dan ide-ide di seluruh Eropa.
  2. Runtuhnya kota Konstantinopel atau Byzantium karena serangan Turki pada tahun 1453. Banyak sarjana yang melarikan diri ke Italia kemudian mengembangkan bahasa Yunani Kuno, kesenian, dan filsafat Yunani Kuno.
  3. Reformasi Protestan yang dipelopori Martin Luther King pada tahun 1517 yang mulai memasukkan musik polifonik untuk ibadah di gereja.
Musik banyak dikembangkan selama masa renaisans. Oleh karena itu, lebih banyak musik diciptakan dan diperdengarkan daripada masa-masa sebelumnya. Dua faktor terpenting dalam perkembangan ini adalah pencetakan musik polifonik yang mulai ada pada tahun 1501 dan dukungan bangsawan yang berpendidikan dan membutuhkan hiburan berkualitas tinggi. Selain itu, risalah-risalah tentang bagaimana memainkan berbagai jenis alat musik mulai diterbitkan sehingga jumlah pemusik amatir meningkat dengan pesat. Sebagai buah perkembangan ini, instrumen musik yang dulunya hanya digunakan sebagai pengiring lagu, mulai dibuat komposisinya. Instrumen orgel mendapat perhatian di Italia dan Jerman, sedangkan Inggris lebih memperhatikan instrumen pendahulu piano, yaitu virginal.
Dengan perhatian terhadap seni musik yang demikian, musik duniawi semakin berkembang dan musik gerejawi otomatis merosot. Namun, pendukung musik terbesar dan terpenting tetap gereja. Pada masa ini juga muncul pertama kali ide tentang komponis agung dengan para pemusik dan komponis dari Belanda dan Prancis Timur seperti Dufay, Johannes Ockeghem (1410-1497), Josquin Desprez (1440-1521), Henricus Isaac (1450-1517), dan Jacob Obrecht (1450-1505) yang mendapat prestasi internasional. Mereka mendominasi gaya musik Eropa waktu itu sehingga awal masa renaisans juga disebut sebagai masa aliran musik Netherlands. Norma-norma musik mereka kemudian menjadi aliran utama dalam musik polifonik selama abad ke-16. Tradisi mereka dilanjutkan oleh Nicolas Gombert (1495-1556), Jacobus Clemens (1510-1557), Adrian Willaert (1490-1562), dan Orlande de Lassus (1532-1594) juga komponis-komponis Italia seperti Giovanni Pierluigi da Palestrina (1525-1580). Palestrina mendapat penghargaan sebagai komponis yang paling agung di seluruh dunia. Namanya mewakili semua jenis musik abad ke-16 yang mengikuti gaya polifonik imitatif.
Bentuk musik sakral yang terpenting selama masa renaisans adalah misa dan motet. Dalam musik duniawi beberapa jenis musik baru dalam bahasa nasional muncul di berbagai negara, misalnya frottola dan madrigal di Italia, part-song dan mudrigal di Inggris, chanson di Prancis.
Pada masa ini juga mulai dikenal teknik komposisi SATB yang menjadi patokan standar paduan suara hingga kini. S (sopran) berfungsi sebagai suara pokok, A (alto) berfungsi sebagai pelengkap harmonis, T (tenor) berfungsi sebagai cantus primusnya, dan B (bas) sebagai dasar harmoni.
Perkembangan baru dalam musik selama masa renaisans adalah perkembangan musik instrumental, baik solo maupun ansambel. Dengan demikian, musik dibebaskan dari ikatan kata-kata. Musik mulai berfungsi sebagai bunyi sempurna dengan suatu arti tersendiri.
Ada enam variasi bentuk lagu-lagu instrumental pada masa renaisans, yaitu:
  1. Musik vokal yang dimainkan dengan alat musik.
  2. Ansambel berdasarkan melodi-melodi yang sudah ada.
  3. Bentuk variasi dengan penambahan nada-nada hias untuk mengiringi tarian.
  4. Bentuk ricercar, fantasia, dan chan zona yaitu komposisi berdasarkan tema dan variasi, bukan berdasarkan irama tarian. Ketiga bentuk ini biasanya berupa ansambel.
  5. Toccata dan Prelude, karya bentuk bebas yang memakai banyak figurasi.
  6. Musik tarian, yaitu musik untuk iringan tari.

5.  Musik zaman Barok (1600-1750 M)

Istilah barok diambil dari bahasa Portugis barocco yang berarti mutiara. Istilah ini sebenarnya tidak digunakan pada waktu itu. Istilah barok hanya digunakan untuk memberi identitas bagi sebuah masa perkembangan seni musik pada masa tahun 1600-an hingga tahun 1750-an yang tidak ada ciri-ciri dramatis dibandingkan dengan masa sebelumnya. Namun, seperti halnya bidang seni lain, suatu masa baru muncul setelah terjadi tarik-menarik gaya antara kaum konservatif yang ingin mempertahankan estetika musik lama dengan kaum pembaharu yang inovatif.
Awalnya gaya musik zaman Barok dikritik sebagai musik yang harmoninya kurang jelas, kehilangan bentuk normal, eksentrik (berlebihan), kurang bermutu, bahkan dekaden (merosot). Namun, karena perkembangan dasar-dasar estetika yang baru, gaya musik barok semakin dinilai secara positif. Gaya musik zaman Barok memang tidak jelas, berbelit-belit, dan bombastis. Namun hidup, lancar, lincah, dan penuh perasaan sehingga sangat cocok untuk penyajian opera yang saat itu mulai populer.
Nada-nada penghias dimanfaatkan secara optimal sehingga menghasilkan sajian yang dinamis. Keras lemahnya nada disajikan dengan jelas.
Selain bertambah jumlahnya, alat-alat musik juga semakin tinggi mutu suaranya. Selain alat-alat musik yang sama dengan masa Renaisans yang berkembang di lingkungan istana, alat-alat musik rakyat juga mulai berkembang. Oktavgeige (biola sederhana), drehleier (alat musik gesek dengan dawai bordun), gitar, hackbrett (sejenis sitar), maultrommel, pikolo, recorder, schalmei (mirip klarinet), genderang, castagnet, xylophone, lonceng kecil. Berkembang pula alat-alat musikmusik tiup baru prommer, fagot, dan raket yang kemudian lenyap kecuali obo dan klarinet.
Pada masa Barok juga mulai diperkenalkan sistem tangga nada mayor dan minor. Bentuk bentuk sajian musik yang tumbuh pada masa itu adalah lagu-lagu instrumentalia dengan cerita sejenis opera (suita), permainan instrumentalia (sonata), hidangan musik yang sifatnya agung (kantata), dan sajian musik orkes simfoni yang diselingi permainan solo (concerto). Komponis besar pada zaman ini adalah Johann Sebastian Bach (1685-1750) dan George Friederich Handel (1685-1759).

6.  Zaman musik Klasik (1750-1800)

Menurut Frederich Blume (1958) musik klasik adalah karya seni musik yang sempat mengintikan daya ekspresi dan bentuk bersejarah sedemikian rupa hingga tercipta suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat bertahan terus.
Zaman klasik ditandai dengan kembalinya gaya seni yang memperhatikan kaidah-kaidah formal. Pada masa ini seniman kembali menengok kepada gaya seni zaman Yunani Kuno. Struktur bentuk dan komposisi musik kembali mengikuti kaidah-kaidah formal dalam mencapai kesempurnaan.
Seperti halnya pada awal zaman Barok yang merupakan suatu reaksi terhadap Zaman Renaisans, musik Zaman Klasik juga merupakan reaksi atas zaman barok. Hal ini tampak dari timbulnya dua gaya, yaitu gaya galan dan gaya sensitif.
Gaya galan berciri:
  1. Lebih bebas,
  2. Lebih mudah untuk dimengerti,
  3. Enak melodinya,
  4. Ornamentasi yang lebih halus,
  5. Iringan tanpa keterikatan jumlah suara,
  6. Ditujukan terutama kepada penggemar musik,
  7. Bertujuan untuk menghibur secara lebih bermutu, dan
  8. Bukan ditujukan untuk menciptakan komposisi yang berat.
Gaya sensitif berciri:
  1. Menentang gaya Barok yang terlalu kaku dan terlalu emosional,
  2. Musik lebih sebagai ungkapan pribadi yang diungkapkan dalam penerapan dinamika (crescendo), dan
  3. Ungkapan rasa suka dan duka.
Zaman Klasik bermula sepeninggal Johann Sebastian Bach dan George Frideric Handel.Ciri utama musik klasik adalah sebagai berikut.
  1. Pemakaian crescendo dan decrescendo,
  2. Pemakaian accelerando (mempercepat tempo) dan ritardando (memperlambat tempo) dalam penyajian musik,
  3. Pembatasan pemakaian nada-nada penghias (ornament), dan
  4. Pemakaian akor trinada (akor tiga nada)
Bentuk-bentuk musik yang populer pada waktu itu adalah bentuk-bentuk komposisi sonata, simfoni, concerto, dan karya-karya lepas. Komposisi-komposisi itu bahkan semakin diperdalam, disempurnakan, dan dikembangkan.
Komponis-komponis penting di zaman klasik ini di antaranya adalah Johann Stamitz (1717-1757), Franz Joseph Haydn (1732-1809) yang dikenal sebagai Bapak Orkes Simfoni dengan lebih dari 100 karya dan Bapak Kwartet dengan lebih dari 80 karya, Wolfgang Amadeus Mozart (1765-1791). Para komponis ini dianggap sebagai tokoh yang membuat musik gaya klasik tingkat tinggi.

7.  Musik zaman Romantik (1800-1890)

Istilah romantik dalam sejarah perkembangan musik Eropa berhubungan dengan perasaan, sikap batin, dan jiwa manusia. Pada zaman ini karya seni musik dianggap lebih mengikuti gerak hati penciptanya. Oleh karena itu gaya musik pada zaman ini begitu bebas dan tak terbatas. Karya seni apa pun selalu terpengaruh oleh keadaan zamannya. Musik romantik yang muncul pada abad ke-19 tentu juga terpengaruh oleh keadaan masyarakat pada abad ke-19. Kita tahu pada awal abad tersebut kehidupan masyarakat mengalami perubahan dalam kehidupan politik dari yang semula bersifat absolut, dipimpin raja-raja atau kaisar-kaisar, menjadi demokratis dengan pemimpin dipilih rakyat. Di banyak negara perubahan ke arah demokratis ini bahkan ada yang melalui revolusi dan perang. Kehidupan menjadi penuh konflik Keadaan ekonomi juga sulit. Dalam keadaan seperti itu, manusia tidak dapat melarikan dari untuk menghindari kenyataan yang penuh konflik. Oleh karena itu, mereka mulai melarikan diri dari kenyataan yang sulit ke hal-hal yang bersifat mudah, ekonomis, dan menghibur. Perkembangan musik Romantik dapat dilihat dari fase-fase romantik berikut.

A.  Romantik Awal (1800-1830)
Pada era ini musik diwarnai dengan usaha manusia melarikan diri ke dunia irasional. Komponis menimba bahan dari dunia dongeng yang ajaib dan misterius tidak hanya untuk karya-karya operanya, tetapi juga untuk musik instrumental (Beethoven) dan musik kamar (nyanyian Schubert).

B.  Romantik Tinggi (1830-1850)
Gaya romantik berkembang ke seluruh Eropa Komponis-komponis menciptakan karya-karya dengan semangat baru yang romantis. H. Berlioz (Prancis) menciptakan Symphonie Fantastique. Chopin (Prancis) memikat para pencinta musik piano, Paganini (Italia) menunjukkan kemahirannya dalam permainan biola. Liszt (Jerman) menumpahkan emosinya dalam permainan piano. Mendelssohn (Jerman) menemukan kembali dan mementaskan musik Bach secara romantis. Wagner (Jerman) dan Verdi (Italia) menciptakan opera gaya baru yang mempesona.

C.  Romantik Akhir (1850-1890)
Pada masa ini muncul generasi baru, yaitu C. Franck, Bruckner, Brahms, dan lain-lain dengan estetika dan bentuk baru yang bergaya naturalisme dan nasionalisme. ciri khas musik zaman romantik adalah sebagai berikut.

a.  Segi bentuk
Musik romantik masih mempertahankan bentuk musik klasik tetapi dengan perluasan dan perubahan. Bentuk-bentuk baru yang populer adalah lagu piano singkat, lagu sastra simfoni, drama musik.

b.  Segi harmoni
Musik romantik mengembangkan musik klasik dengan penambahan nada-nada kromatis.

c.  Segi ritmik
Ritmik musik klasik dikembangkan. Unsur-unsur ritmik seperti tempo mendapat perhatian secara cermat karena ritmik dianggap sebagai bagian dari ungkapan rasa dalam musik. Partitur partitur musik secara cermat diberi catatan-catan yang berkaitan dengan ritmik. Ada pemakaian tempo sampai mendetail seperti Andante molto cantabile e non troppo mosso. Tempo-tempo ekstrim juga mulai dipraktikkan, misalnya ekstrim cepat atau ekstrim lambat. Ikatan pada metronom manzel.

d.  Segi warna suara
Instrumen yang menghasilkan suara alamiah seperti flute (suling), klarinet, tuba, dan trombon lebih diutamakan karena dapat menimbulkan suasana sakral dan khidmat.
Pada zaman romantik karya musik Jenis nyanyian sangat berkembang. Bahkan, nyanyian rakyat berperan sangat penting. Dalam nyanyian rakyat sikap asli, wajar, sederhana, dan khas nasional mendapat ungkapan yang semestinya. Beberapa seniman mulai mengumpulkan nyanyian rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya secara lisan. Lagu-lagu rakyat inilah yang kemudian menjadi sumber inspirasi bagi para komponis. Lagu-lagu pada zaman itu mulai dinyanyikan di rumah dan pesta-pesta.
Tokoh-tokoh musik jenis nyanyian yang terkenal pada zaman romantik adalah Franz Peter Schubert (1797-1828), Robert Schumann (1810-1856), Robert Franz (1815-1892), Johannes Brahms (1833-1897), dan Wilhelm Richard Wagner (1813-1883) yang juga mendapat sebutan sebagai Bapak Opera.
Nyanyian untuk paduan suara campuran (pria dan wanita) juga sangat populer pada zaman romantik. Selain nyanyian, musik piano juga sangat populer pada waktu itu.

8.  Musik zaman Peralihan (1890 awal-abad 20)

Sepeninggal Wagner, musik zaman romantik berakhir. Setelah itu musik memiliki ciri yang lebih tegas warna nasionalnya karena pada saat itu mulai muncul kesadaran nasionalisme. Komponis zaman peralihan di antaranya adalah Cesar Auguste Franck (1822-1890), Gustav Mahler (1860-1911), Peter Ilyich Tchaikovsky (1840-1893), dan Sergei Rachmaninoff (1873-1943).

9.  Musik Abad Modern (1900-Sekarang)

Seiring dengan munculnya kesadaran kebangsaan dan pembebasan dari belenggu kolonialime di abad XX. Seni musik juga mengalami revolusi bentuk dan gaya. Ciri paling penting dalam gerakan musik modern adalah sikap emansipatif, yaitu sikap yang ingin membebaskan diri dari segala belenggu aturan yang mengekang kebebasan berekspresi. Maka, mulailah gejala munculnya aliran musik impresionisme, ekspresionisme dan eksperimental. Gaya ini berdiri tidak teratur. Bagi komponis masa modern, ketidakteraturan ini menimbulkan misteri dan ketegangan yang tidak terduga.
Gaya impresionisme mulai merasuk ke dunia musik. Gaya musik ini menekankan pada timbulnya kesan yang kuat bagi pendengar. Claude Achille Debussy (1862-1918) merupakan pelopor aliran musik impresionisme. Musik Debussy mulai memasukkan sistem tonal yang tidak hanya dari nada-nada diatonis saja, tetapi juga memasukkan nada-nada pentaonis. Salah satunya adalah nada pentatonis gamelan Jawa.
Orkes-orkes mengalami perubahan ke arah ekonomis, yaitu dengan memilih bentuk-bentuk ansambel kecil. Karena memasukkan nada-nada pentatonis yang tidak lazim dalam eksperimen musiknya, musik zaman ini mulai memberikan suasana yang tersendiri, menarik, eksotis, aneh, tetapi memaksa orang untuk mendengarkan. Komponis masyhur di era modern di antaranya adalah Richard Strauss (1864-1947), Arnold Schoenberg (1874-1951), Bela Bartok (1881-1945), dan Igor Stravinsky (1882-1971).
Ciri lain dari zaman modern adalah industrialisasi dalam segala bidang Musik pun dipengaruhi industrialisasi ini. Bunyi-bunyian yang bersumber dari suara-suara mesin industri dicoba digali untuk memberi sentuhan warna musik modern. Teknologi audio visual yang berkembang pesat juga mendorong perkembangan musik modern untuk selalu berdampingan dengan industrialisasi. Maka, babak baru dunia musik lahir dengan ditandai mulainya musik elektronik. Di sini peranan radio dan studio rekaman sangat penting.
Ketika pertama kali Pierre Schaeffer, teknisi Radio-diffusion Television Francaise (RTF) membuat rekaman dan menyiarkan musik elektronik (5 Oktober 1948) dalam acara konser bunyi. Sambutan luar biasa diberikan oleh masyarakat. Sejak saat itu musik elektronik berkembang dengan sangat pesat. Setelah tahun 1960 teknologi menemukan alat rekam audio visual multijalur (multitrack), alat musik synthesizer, multimedia elektronik, dan komputer, musik kontemporer semakin menemukan bentuknya. Dengan teknologi yang semakin canggih, paham-paham musik modern yang dapat memenuhi kebutuhan apresiasi musik masyarakat modern yang berciri gerak cepat dapat dipenuhi. Musik jenis ini memang tidak bertahan lama. Begitu muncul langsung populer, tidak lama kemudian dilupakan, ganti yang baru lagi.
Musik kontemporer yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi audio visual modern adalah musik jazz, musik rakyat, teater musik, musik film, rock, blues, musik populer, musik hiburan, dan musik-musik lainnya.
Kini, musik berkembang lebih jauh Dengan dukungan teknologi informasi yang membuat antarnegara serasa tidak lagi berbatas, musik satu etnis dengan etnis yang lain sudah saling memengaruhi. Perhatikan musik populer yang tidak lagi mengenal batas negara. Dari Afrika sampai Amerika, dari Australia sampai Canada warna musik berbaur begitu rupa. Dengan musik kita dapat menyaksikan seorang anak muda Jepang menyanyikan lagu bergaya jazz dari Amerika. Di lain pihak, anak muda Amerika memainkan warna lokal Afrika dalam musiknya. Anak muda Afrika kita saksikan menyanyikan lagu Hawaian, sementara anak muda Cina menyanyikan lagu Hindustan. Lihatlah grup musik Debu dari Amerika Serikat yang menyanyikan lagu-lagu bergaya Timur Tengah. Maka tak perlu risau jika gamelan Jawa, Sunda, dan Bali juga mulai digemari anak-anak muda dari mancanegara. Juga penyanyi gendhing gendhing Jawa (sinden ternyata berkulit putih. Sementara anak-anak muda kita tergila-gila musik R&B. Itulah globalisasi di bidang musik.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel